Rabu, 29 Oktober 2014

Ini Surat Wasiat Gus Dur untuk Jokowi

SOLO – Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) diharapkan bisa melakukan rekonsiliasi bagi bangsa Indonesia. Hal ini sesuai dengan surat wasiat dari Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.

Ketua Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) Eko Sriyanto, mengatakan, harapan agar bisa melakukan rekonsialiasi didasarkan oleh surat wasiat almarhum Gus Dur.

Menurutnya, saat ini surat wasiat tersebut masih disimpan. Surat wasiat tersebut berisi pesan Gus Dur ketika semasa hidupnya untuk melakukan rekonsiliasi bangsa Indonesia.

"Surat tersebut di tanda tangani oleh Gus Dur, Pakubuwono XII, Husodo Pannavaro, Petinggi Agama Budha yang tinggal di Candi Mendhut Magelang dan Tjokorda Gde Agung Suyasa, tokoh Agama Hindu juga disaksikan oleh tokoh Muhammadiyah, yakni M Habib Chirzin. Sebab itulah kami berkewajiban untuk sampaikan kepada presiden yang baru, Jokowi,” terangnya di Solo Jawa Tengah, Rabu (3/9/2014).

Menurut Eko Galgendu, Jokowi dinilai bisa menjalankan amanat Gusa Dur untuk melakukan rekonsiliasi bangsa Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan suksesnya Jokowi ketika menjabat sebagai walikota Solo mampu mendamaikan dua kubu Keraton Solo yang sedang berseteru.

Eko menyebutkan Jokowi mampu melaksanakan amanat dari surat wasiat yang disimpannya sejak tahun 2003 lalu. Sebab, Jokowi dinilai memiliki pribadi yang ikhlas.

Sedangkan tokoh Muhammadiyah, M Habib Chirzin yang juga sahabat dekat alm Gus Dur juga terlibat dalam penandatanganan surat wasiat Gus Dur menyatakan bahwa bangsa Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan keanekaragam lainnya yang tidak dimiliki oleh negara lain.

"Melalui surat wasiat itu Indonesia diharapkan mampu menjadi bangsa yang aman dan tercipta kerukunan antar umat beragama," pungkasnya. (crl)

tentang islam: Biografi Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’ari

tentang islam: Biografi Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’ari: Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’ari, bagian belakangnya juga sering dieja Asy’ari atau Ashari, lahir 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H) d...

Selasa, 28 Oktober 2014

Biografi Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’ari

Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy’ari, bagian belakangnya juga sering dieja Asy’ari atau Ashari, lahir 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H) dan wafat pada 25 Juli 1947; dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang, adalah pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.
Riwayat Keluarga
KH Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). Hasyim adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Namun keluarga Hasyim adalah keluarga Kyai. Kakeknya, Kyai Utsman memimpin Pesantren Nggedang, sebelah utara Jombang. Sedangkan ayahnya sendiri, Kyai Asy’ari, memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Dua orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam secara kokoh kepada Hasyim.
Silsilah Nasab
Merunut kepada silsilah beliau, melalui Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) KH Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan sampai dengan Rasulullah dengan urutan lanjutan sebagai berikut:
Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin)
Abdurrohman / Jaka Tingkir (Sultan Pajang)
Abdul Halim (Pangeran Benawa)
Abdurrohman (Pangeran Samhud Bagda)
Abdul Halim
Abdul Wahid
Abu Sarwan
KH. Asy’ari (Jombang)
KH. Hasyim Asy’ari (Jombang)
Menurut catatan nasab Sa’adah BaAlawi Hadramaut, silsilah dari Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) merupakan keturunan Rasulullah SAW, yaitu sebagai berikut:
Husain bin Ali
Ali Zainal Abidin
Muhammad al-Baqir
Ja’far ash-Shadiq
Ali al-Uraidhi
Muhammad an-Naqib
Isa ar-Rumi
Ahmad al-Muhajir
Ubaidullah
Alwi Awwal
Muhammad Sahibus Saumiah
Alwi ats-Tsani
Ali Khali’ Qasam
Muhammad Shahib Mirbath
Alwi Ammi al-Faqih
Abdul Malik (Ahmad Khan)
Abdullah (al-Azhamat) Khan
Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan)
Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar)
Maulana Ishaq
dan ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri)
Pendidikan :
Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren PP Langitan, Widang, Tuban. Pindah lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan KH Cholil Bangkalan.
KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.
Tak lama di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan. Kyai Ya’qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama –lima tahun– Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu. Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub. Tidak lama setelah menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal.
Tahun 1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz At-Tarmasi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi. Tahun l899 pulang ke Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng, Jombang. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama, melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar. Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah, Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.
Silsilah Keilmuan
KH Muhammad Saleh Darat, Semarang
KH Cholil Bangkalan
Kyai Ya’qub, Sidoarjo
Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau
Syaikh Mahfudz At-Tarmasi
Syaikh Ahmad Amin Al Aththar
Syaikh Ibrahim Arab
Syaikh Said Yamani
Syaikh Rahmaullah
Syaikh Sholeh Bafadlal
Sayyid Abbas Al Maliki
Sayyid Alwi bin Ahmad As Segaf
Sayyid Husain Al Habsyi
Sayyid Sulthan Hasyim al-Daghistani
Sayyid Abdullah al-Zawawi
Sayyid Ahmad bin Hasan al-Atthas
Sayyid Abu Bakar Syatha al-Dimyathi
Memperoleh ijazah dari Habib Abdullah bin Ali Al Haddad
Penerus Beliau
(Murid) :
Ribuan santri menimba ilmu kepada Kyai Hasyim dan setelah lulus dari pesantren Tebuireng, Jombang, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas, antara lain:
KH Abdul Wahab Hasbullah, Pesantren Tambak Beras, Jombang
KH Bisri Syansuri, Pesantren Denanyar, Jombang
KH R As’ad Syamsul Arifin
KH Wahid Hasyim (anaknya)
KH Achmad Shiddiq
Syekh Sa’dullah al-Maimani (mufti di Bombay, India)
Syekh Umar Hamdan (ahli hadis di Makkah)
Al-Syihab Ahmad ibn Abdullah (Syiria)
KH R Asnawi (Kudus)
KH Dahlan (Kudus)
KH Shaleh (Tayu)
(Keturunan)
Berikut disampaikan silsilah keturunan beliau sampai dengan tingkat cucu
Nyai Khodijah, istri pertama yang merupakan putri dari Kyai Ya’qub, Sidoarjo. Meninggal dunia sewaktu Kyai Hasyim Asy’ari menuntut ilmu di Mekkah
Nyai Nafiqoh, istri kedua, setelah istri pertama wafat, yaitu putri dari Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun.
Putra-putri dari Nyai Nafiqoh
(1) Hannah
(2) Khoiriyah
(3) Aisyah
(4) Azzah
(5) Abdul Wahid atau sering juga dipanggil sebagai Wahid Hasyim
(6) Abdul Hakim (Abdul Kholik)
(7) Abdul Karim
(8) Ubaidillah
(9) Mashuroh
(10) Muhammad Yusuf
Nyai Masruroh, istri ketiga, setelah istri kedua wafat, yaitu putri dari Kyai Hasan, pengasuh pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari pernikahan ini, Kyai Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, yaitu:
(1) Abdul Qodir
(2) Fatimah
(3) Khotijah
(4) Muhammad Ya’kub
Jasa dan Karya Beliau !
Jasa Bagi Ahlussunnah wal Jamaah:
Komite Hijaz, sebagai Benteng Islam Tradisional
Sejarah Nahdlatul Ulama dan Kebangsaan serta Komite Hijaz
Kemampuannya dalam ilmu hadits, diwarisi dari gurunya, Syaikh Mahfudz At-Tarmasi di Mekkah. Selama 7 tahun Hasyim berguru kepada Syaikh ternama asal Pacitan, Jawa Timur itu. Disamping Syaikh Mahfudh, Hasyim juga menimba ilmu kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau. Kepada dua guru besar itu pulalah Kyai Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berguru. Jadi, antara KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan sebenarnya tunggal guru.
Yang perlu ditekankan, saat Hasyim belajar di Mekkah, Muhammad Abduh sedang giat-giatnya melancarkan gerakan pembaharuan pemikiran Islam. Dan sebagaimana diketahui, buah pikiran Abduh itu sangat mempengaruhi proses perjalanan ummat Islam selanjutnya. Sebagaimana telah dikupas Deliar Noer, ide-ide reformasi Islam yang dianjurkan oleh Abduh yang dilancarkan dari Mesir, telah menarik perhatian santri-santri Indonesia yang sedang belajar di Mekkah. Termasuk Hasyim tentu saja. Ide reformasi Abduh itu ialah pertama mengajak ummat Islam untuk memurnikan kembali Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang sebenarnya bukan berasal dari Islam. Kedua, reformasi pendidikan Islam di tingkat universitas; dan ketiga, mengkaji dan merumuskan kembali doktrin Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan modern; dan keempat, mempertahankan Islam. Usaha Abduh merumuskan doktrin-doktrin Islam untuk memenuhi kebutuhan kehidupan modern pertama dimaksudkan agar supaya Islam dapat memainkan kembali tanggung jawab yang lebih besar dalam lapangan sosial, politik dan pendidikan. Dengan alasan inilah Abduh melancarkan ide agar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mereka kepada pola pikiran para mazhab dan agar ummat Islam meninggalkan segala bentuk praktek tarekat. Syaikh Ahmad Khatib mendukung beberapa pemikiran Abduh, walaupun ia berbeda dalam beberapa hal. Beberapa santri Syaikh Khatib ketika kembali ke Indonesia ada yang mengembangkan ide-ide Abduh itu. Di antaranya adalah KH Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah. Tidak demikian dengan Hasyim. Ia sebenarnya juga menerima ide-ide Abduh untuk menyemangatkan kembali Islam, tetapi ia menolak pikiran Abduh agar ummat Islam melepaskan diri dari keterikatan mazhab. Ia berkeyakinan bahwa adalah tidak mungkin untuk memahami maksud yang sebenarnya dari ajaran-ajaran Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari pendapat-pendapat para ulama besar yang tergabung dalam sistem mazhab. Untuk menafsirkan Al Qur’an dan Hadist tanpa mempelajari dan meneliti buku-buku para ulama mazhab hanya akan menghasilkan pemutarbalikan saja dari ajaran-ajaran Islam yang sebenarnya, demikian tulis Dhofier. Dalam hal tarekat, Hasyim tidak menganggap bahwa semua bentuk praktek keagamaan waktu itu salah dan bertentangan dengan ajaran Islam. Hanya, ia berpesan agar ummat Islam berhati-hati bila memasuki kehidupan tarekat. Dalam perkembangannya, benturan pendapat antara golongan bermazhab yang diwakili kalangan pesantren (sering disebut kelompok tradisional), dengan yang tidak bermazhab (diwakili Muhammadiyah dan Persis, sering disebut kelompok modernis) itu memang kerap tidak terelakkan. Puncaknya adalah saat Konggres Al Islam IV yang diselenggarakan di Bandung. Konggres itu diadakan dalam rangka mencari masukan dari berbagai kelompok ummat Islam, untuk dibawa ke Konggres Ummat Islam di Mekkah.
Karena aspirasi golongan tradisional tidak tertampung (di antaranya: tradisi bermazhab agar tetap diberi kebebasan, terpeliharanya tempat-tempat penting, mulai makam Rasulullah sampai para sahabat) kelompok ini kemudian membentuk Komite Hijaz. Komite yang dipelopori KH Abdul Wahab Hasbullah ini bertugas menyampaikan aspirasi kelompok tradisional kepada penguasa Arab Saudi. Atas restu Kyai Hasyim, Komite inilah yang pada 31 Februari l926 menjelma jadi Nahdlatul Ulama (NU) yang artinya kebangkitan ulama.
Setelah NU berdiri posisi kelompok tradisional kian kuat. Terbukti, pada 1937 ketika beberapa ormas Islam membentuk badan federasi partai dan perhimpunan Islam Indonesia yang terkenal dengan sebuta MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) Kyai Hasyim diminta jadi ketuanya. Ia juga pernah memimpin Masyumi, partai politik Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia.
Penjajahan panjang yang mengungkung bangsa Indonesia, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Pada tahun 1908 muncul sebuah gerakan yang kini disebut Gerakan Kebangkitan Nasional. Semangat Kebangkitan Nasional terus menyebar ke mana-mana, sehingga muncullah berbagai organisai pendidikan, sosial, dan keagamaan, diantaranya Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) tahun 1916, dan Taswirul Afkar tahun 1918 (dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri atau Kebangkitan Pemikiran). Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar (Pergerakan Kaum Saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat.
Dengan adanya Nahdlatul Tujjar, maka Taswirul Afkar tampil sebagi kelompok studi serta lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota. Tokoh utama dibalik pendirian tafwirul afkar adalah, KH Abdul Wahab Hasbullah (tokoh muda pengasuh PP. Bahrul Ulum Tambakberas), yang juga murid hadratus Syaikh. Kelompok ini lahir sebagai bentuk kepedulian para ulama terhadap tantangan zaman di kala itu, baik dalam masalah keagamaan, pendidikan, sosial, dan politik.
Pada masa itu, Raja Saudi Arabia, Ibnu Saud, berencana menjadikan madzhab Salafi-Wahabi sebagai madzhab resmi Negara. Dia juga berencana menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam yang selama ini banyak diziarahi kaum Muslimin, karena dianggap bid’ah.
Di Indonesia, rencana tersebut mendapat sambutan hangat kalangan modernis seperti Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang menghormati keberagaman, menolak dengan alasan itu adalah pembatasan madzhab dan penghancuran warisan peradaban itu. Akibatnya, kalangan pesantren dikeluarkan dari keanggotaan Kongres Al Islam serta tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu’tamar ‘Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah, yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
Didorong oleh semangat untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta rasa kepedulian terhadap pelestarian warisan peradaban, maka Kyai Hasyim bersama para pengasuh pesantren lainnya, membuat delegasi yang dinamai Komite Hijaz. Komite yang diketuai KH Abdul Wahab Hasbullah ini datang ke Saudi Arabia dan meminta Raja Ibnu Saud untuk mengurungkan niatnya. Pada saat yang hampir bersamaan, datang pula tantangan dari berbagai penjuru dunia atas rencana Ibnu Saud, sehingga rencana tersebut digagalkan. Hasilnya, hingga saat ini umat Islam bebas melaksanakan ibadah di Mekah sesuai dengan madzhab masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
Mendirikan Nahdlatul Ulama
Tahun 1924, kelompok diskusi Taswirul Afkar ingin mengembangkan sayapnya dengan mendirikan sebuah organisasi yang ruang lingkupnya lebih besar. Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari yang dimintai persetujuannya, meminta waktu untuk mengerjakan salat istikharah, menohon petunjuk dari Allah.
Dinanti-nanti sekian lama, petunjuk itu belum datang juga. Kyai Hasyim sangat gelisah. Dalam hati kecilnya ingin berjumpa dengan gurunya, KH Kholil bin Abdul Latif, Bangkalan.
Sementara nun jauh di Bangkalan sana, Kyai Khalil telah mengetahui apa yang dialami Kyai Hasyim. Kyai Kholil lalu mengutus salah satu orang santrinya yang bernama As’ad Syamsul Arifin (kelak KH R As’ad Syamsul Arifin menjadi pengasuh PP Salafiyah Syafiiyah Situbondo), untuk menyampaikan sebuah tasbih kepada Kyai Hasyim di Tebuireng. Pemuda As’ad juga dipesani agar setiba di Tebuireng membacakan surat Thaha ayat 23 kepada Kyai Hasyim.
Ketika Kyai Hasyim menerima kedatangan As’ad, dan mendengar ayat tersebut, hatinya langsung bergentar. ”Keinginanku untuk membentuk jamiyah agaknya akan tercapai,” ujarnya lirih sambil meneteskan airmata.
Waktu terus berjalan, akan tetapi pendirian organisasi itu belum juga terealisasi. Agaknya Kyai Hasyim masih menunggu kemantapan hati.
Satu tahun kemudian (1925), pemuda As’ad kembali datang menemui Hadratus Syaikh. ”Kyai, saya diutus oleh Kyai Kholil untuk menyampaikan tasbih ini,” ujar pemuda Asad sambil menunjukkan tasbih yang dikalungkan Kyai Kholil di lehernya. Tangan As’ad belum pernah menyentuh tasbih sersebut, meskipun perjalanan antara Bangkalan menuju Tebuireng sangatlah jauh dan banyak rintangan. Bahkan ia rela tidak mandi selama dalam perjalanan, sebab khawatir tangannya menyentuh tasbih. Ia memiliki prinsip, ”kalung ini yang menaruh adalah Kyai, maka yang boleh melepasnya juga harus Kyai”. Inilah salah satu sikap ketaatan santri kepada sang guru.
”Kyai Kholil juga meminta untuk mengamalkan wirid Ya Jabbar, Ya Qahhar setiap waktu,” tambah As’ad.
Kehadiran As’ad yang kedua ini membuat hati Kyai Hasyim semakin mantap. Hadratus Syaikh menangkap isyarat bahwa gurunya tidak keberatan jika ia bersama kawan-kawannya mendirikan organisai/jam’iyah. Inilah jawaban yang dinanti-nantinya melalui salat istikharah.
Sayangnya, sebelum keinginan itu terwujud, Kyai Kholil sudah meninggal dunia terlebih dahulu.
Pada tanggal 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926M, organisasi tersebut secara resmi didirikan, dengan nama Nahdhatul Ulama’, yang artinya kebangkitan ulama. Kyai Hasyim dipercaya sebagai Rais Akbar pertama. Kelak, jam’iyah ini menjadi organisasi dengan anggota terbesar di Indonesia, bahkan di Asia.
Sebagaimana diketahui, saat itu (bahkan hingga kini) dalam dunia Islam terdapat pertentangan faham, antara faham pembaharuan yang dilancarkan Muhammad Abduh dari Mesir dengan faham bermadzhab yang menerima praktek tarekat. Ide reformasi Muhammad Abduh antara lain bertujuan memurnikan kembali ajaran Islam dari pengaruh dan praktek keagamaan yang bukan berasal dari Islam, mereformasi pendidikan Islam di tingkat universitas, dan mengkaji serta merumuskan kembali doktrin Islam untuk disesuaikan dengan kebutuhan kehidupan modern. Dengan ini Abduh melancarakan ide agar umat Islam terlepas dari pola pemikiran madzhab dan meninggalkan segala bentuk praktek tarekat.
Semangat Abduh juga mempengaruhi masyarakat Indonesia, kebanyakan di kawasan Sumatera yang dibawa oleh para mahasiswa yang belajar di Mekkah. Sedangkan di Jawa dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan melalui organisasi Muhammadiyah (berdiri tahun 1912).
Kyai Hasyim pada prinsipnya menerima ide Muhammad Abduh untuk membangkitkan kembali ajaran Islam, akan tetapi menolak melepaskan diri dari keterikatan madzhab. Sebab dalam pandangannya, umat Islam sangat sulit memahami maksud Al Quran atau Hadits tanpa mempelajari kitab-kitab para ulama madzhab. Pemikiran yang tegas dari Kyai Hasyim ini memperoleh dukungan para Kyai di seluruh tanah Jawa dan Madura. Kyai Hasyim yang saat itu menjadi ”kiblat” para Kyai, berhasil menyatukan mereka melalui pendirian Nahdlatul Ulama’ ini.
Pada saat pendirian organisasi pergerakan kebangsaan membentuk Majelis Islam ‘Ala Indonesia (MIAI), Kyai Hasyim dengan putranya KH Wahid Hasyim, diangkat sebagai pimpinannya (periode tahun 1937-1942).
Mendirikan Pesantren Tebuireng
Tahun 1899, Kyai Hasyim membeli sebidang tanah dari seorang dalang di Dukuh Tebuireng. Letaknya kira-kira 200 meter sebelah Barat Pabrik Gula Cukir, pabrik yang telah berdiri sejak tahun 1870. Dukuh Tebuireng terletak di arah timur Desa Keras, kurang lebih 1 km. Di sana beliau membangun sebuah bangunan yang terbuat dari bambu (Jawa: tratak) sebagai tempat tinggal.
Dari tratak kecil inilah embrio Pesantren Tebuireng dimulai. Kyai Hasyim mengajar dan salat berjamaah di tratak bagian depan, sedangkan tratak bagian belakang dijadikan tempat tinggal. Saat itu santrinya berjumlah 8 orang, dan tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.
Setelah dua tahun membangun pesantren Tebuireng, Jombang, Kyai Hasyim kembali harus kehilangan istri tercintanya, Nyai Khodijah. Saat itu perjuangan mereka sudah menampakkan hasil yang menggembirakan.
Kyai Hasyim kemudian menikah kembali dengan Nyai Nafiqoh, putri Kyai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan Madiun. Dari pernikahan ini Kyai Hasyim dikaruniai 10 anak, yaitu: (1) Hannah, (2) Khoiriyah, (3) Aisyah, (4) Azzah, (5) Abdul Wahid, (6) Abdul Hakim (Abdul Kholik), (7) Abdul Karim, (8) Ubaidillah, (9) Mashuroh, (10) Muhammad Yusuf.
Pada akhir dekade 1920an, Nyai Nafiqoh wafat sehingga Kyai Hasyim menikah kembali dengan Nyai Masruroh, putri Kyai Hasan, pengasuh Pondok Pesantren Kapurejo, Pagu, Kediri. Dari pernikahan ini, Kyai Hasyim dikarunia 4 orang putra-putri, yaitu: (1) Abdul Qodir, (2) Fatimah, (3) Khotijah, (4) Muhammad Ya’kub.
Jasa Bagi Indonesia
(Resolusi Jihad)
Peran Beliau dalam Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan dan Penjajahan Karena pengaruhnya yang demikian kuat itu, keberadaan Kyai Hasyim menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya ia pernah dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, tapi ditolaknya. Justru Kyai Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. Pertama, ia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang suci). Belanda kemudian sangat kerepotan, karena perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana. Kedua, Kyai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda. Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas. Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung. Karena banyak ummat Islam yang telah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.
Namun sempat juga Kyai Hasyim mencicipi penjara 3 bulan pada l942. Tidak jelas alasan Jepang menangkap Kyai Hasyim. Mungkin, karena sikapnya tidak kooperatif dengan penjajah. Uniknya, saking khidmatnya kepada gurunya, ada beberapa santri minta ikut dipenjarakan bersama Kyainya itu.
Masa awal perjuangan Kyai Hasyim di Tebuireng bersamaan dengan semakin represifnya perlakuan penjajah Belanda terhadap rakyat Indonesia. Pasukan Kompeni ini tidak segan-segan membunuh penduduk yang dianggap menentang undang-undang penjajah. Pesantren Tebuireng, Jombang pun tak luput dari sasaran represif Belanda.
Pada tahun 1913 M., intel Belanda mengirim seorang pencuri untuk membuat keonaran di Tebuireng. Namun dia tertangkap dan dihajar beramai-ramai oleh santri hingga tewas. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menangkap Kyai Hasyim dengan tuduhan pembunuhan.
Dalam pemeriksaan, Kyai Hasyim yang sangat piawai dengan hukum-hukum Belanda, mampu menepis semua tuduhan tersebut dengan taktis. Akhirnya beliau dilepaskan dari jeratan hukum.
Belum puas dengan cara adu domba, Belanda kemudian mengirimkan beberapa kompi pasukan untuk memporak-porandakan pesantren yang baru berdiri 10-an tahun itu. Akibatnya, hampir seluruh bangunan pesantren porak-poranda, dan kitab-kitab dihancurkan serta dibakar. Perlakuan represif Belanda ini terus berlangsung hingga masa-masa revolusi fisik Tahun 1940an.
Pada bulan Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang di Kalijati, dekat Bandung, sehingga secara de facto dan de jure, kekuasaan Indonesia berpindah tangan ke tentara Jepang. Pendudukan Dai Nippon menandai datangnya masa baru bagi kalangan Islam. Berbeda dengan Belanda yang represif kepada Islam, Jepang menggabungkan antara kebijakan represi dan kooptasi, sebagai upaya untuk memperoleh dukungan para pemimpin Muslim.
Salah satu perlakuan represif Jepang adalah penahanan terhadap Hadratus Syaikh beserta sejumlah putera dan kerabatnya. Ini dilakukan karena Kyai Hasyim menolak melakukan seikerei. Yaitu kewajiban berbaris dan membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 pagi, sebagai simbol penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan kepada Dewa Matahari (Amaterasu Omikami). Aktivitas ini juga wajib dilakukan oleh seluruh warga di wilayah pendudukan Jepang, setiap kali berpapasan atau melintas di depan tentara Jepang.
Kyai Hasyim menolak aturan tersebut. Sebab hanya Allah lah yang wajib disembah, bukan manusia. Akibatnya, Kyai Hasyim ditangkap dan ditahan secara berpindah–pindah, mulai dari penjara Jombang, kemudian Mojokerto, dan akhirnya ke penjara Bubutan, Surabaya. Karena kesetiaan dan keyakinan bahwa Hadratus Syaikh berada di pihak yang benar, sejumlah santri Tebuireng minta ikut ditahan. Selama dalam tahanan, Kyai Hasyim mengalami banyak penyiksaan fisik sehingga salah satu jari tangannya menjadi patah tak dapat digerakkan.
Setelah penahanan Hadratus Syaikh, segenap kegiatan belajar-mengajar di Pesantren Tebuireng, Jombang vakum total. Penahanan itu juga mengakibatkan keluarga Hadratus Syaikh tercerai berai. Isteri Kyai Hasyim, Nyai Masruroh, harus mengungsi ke Pesantren Denanyar, barat Kota Jombang.
Tanggal 18 Agustus 1942, setelah 4 bulan dipenjara, Kyai Hasyim dibebaskan oleh Jepang karena banyaknya protes dari para Kyai dan santri. Selain itu, pembebasan Kyai Hasyim juga berkat usaha dari KH Wahid Hasyim dan KH Abdul Wahab Hasbullah dalam menghubungi pembesar-pembesar Jepang, terutama Saikoo Sikikan di Jakarta.
Tanggal 22 Oktober 1945, ketika tentara NICA (Netherland Indian Civil Administration) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda membonceng pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris, berusaha melakukan agresi ke tanah Jawa (Surabaya) dengan alasan mengurus tawanan Jepang, Kyai Hasyim bersama para ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris tersebut. Resolusi Jihad ditandatangani di kantor NU Bubutan, Surabaya. Akibatnya, meletuslah perang rakyat semesta dalam pertempuran 10 November 1945 yang bersejarah itu. Umat Islam yang mendengar Resolusi Jihad itu keluar dari kampung-kampung dengan membawa senjata apa adanya untuk melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris. Peristiwa 10 Nopember kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Pada tanggal 7 Nopember 1945—tiga hari sebelum meletusnya perang 10 Nopember 1945 di Surabaya—umat Islam membentuk partai politik bernama Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi). Pembentukan Masyumi merupakan salah satu langkah konsolidasi umat Islam dari berbagai faham. Kyai Hasyim diangkat sebagai Ro’is ‘Am (Ketua Umum) pertama periode tahun 1945-1947.
Selama masa perjuangan mengusir penjajah, Kyai Hasyim dikenal sebagai penganjur, penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII, Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo senantiasa meminta petunjuk kepada Kyai Hasyim.
Kisah Teladan Beliau
Kesan Akhlak dan Kecerdasan:
Pernah terjadi dialog yang mengesankan antara dua ulama besar, KH Muhammad Hasyim Asy’ari dengan KH Cholil Bangkalan, gurunya. “Dulu saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya nyatakan bahwa saya adalah murid Tuan,” kata Mbah Cholil, begitu Kyai dari Madura ini populer dipanggil.
Kyai Hasyim menjawab, “Sungguh saya tidak menduga kalau Tuan Guru akan mengucapkan kata-kata yang demikian. Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dulu, dan juga sekarang. Bahkan, akan tetap menjadi murid Tuan Guru selama-lamanya.”
Tanpa merasa tersanjung, Mbah Cholil tetap bersikeras dengan niatnya. “Keputusan dan kepastian hati kami sudah tetap, tiada dapat ditawar dan diubah lagi, bahwa kami akan turut belajar di sini, menampung ilmu-ilmu Tuan, dan berguru kepada Tuan,” katanya. Karena sudah hafal dengan watak gurunya, Kyai Hasyim tidak bisa berbuat lain selain menerimanya sebagai santri.
Lucunya, ketika turun dari masjid usai shalat berjamaah, keduanya cepat-cepat menuju tempat sandal, bahkan kadang saling mendahului, karena hendak memasangkan ke kaki gurunya.
Sesungguhnya bisa saja terjadi seorang murid akhirnya lebih pintar ketimbang gurunya. Dan itu banyak terjadi. Namun yang ditunjukkan Kyai Hasyim juga KH Cholil Bangkalan adalah kemuliaan akhlak. Keduanya menunjukkan kerendahan hati dan saling menghormati, dua hal yang sekarang semakin sulit ditemukan pada para murid dan guru-guru kita.
Mbah Cholil adalah Kyai yang sangat termasyhur pada jamannya. Hampir semua pendiri NU dan tokoh-tokoh penting NU generasi awal pernah berguru kepada pengasuh sekaligus pemimpin Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, ini.
Sedangkan Kyai Hasyim sendiri tak kalah cemerlangnya. Bukan saja ia pendiri sekaligus pemimpin tertinggi NU, yang punya pengaruh sangat kuat kepada kalangan ulama, tapi juga lantaran ketinggian ilmunya. Terutama, terkenal mumpuni dalam ilmu Hadits. Setiap Ramadhan Kyai Hasyim punya ‘tradisi’ menggelar kajian hadits Bukhari dan Muslim selama sebulan suntuk. Kajian itu mampu menyedot perhatian ummat Islam.
Maka tak heran bila pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk mantan gurunya sendiri, KH Cholil Bangkalan. Ribuan santri menimba ilmu kepada Kyai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak sedikit di antara santri Kyai Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas. KH Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, KH R As’ad Syamsul Arifin, KH Wahid Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Shiddiq adalah beberapa ulama terkenal yang pernah menjadi santri Kyai Hasyim.
Tak pelak lagi pada abad 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan paling penting di Jawa. Zamakhsyari Dhofier, penulis buku ‘Tradisi Pesantren’, mencatat bahwa pesantren Tebuireng adalah sumber ulama dan pemimpin lembaga-lembaga pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak heran bila para pengikutnya kemudian memberi gelar Hadratus-Syaikh (Tuan Guru Besar) kepada Kyai Hasyim.
Mengambil Cincin Gurunya dari Lubang WC
Salah satu rahasia seorang murid bisa berhasil mendapatkan ilmu dari gurunya adalah taat dan hormat kepada gurunya. Guru ada lah orang yang punya ilmu. Sedangkan murid adalah orang yang mendapatkan ilmu dari sang guru. Seorang murid harus berbakti kepada gurunya. Dia tidak boleh membantah apalagi menentang perintah sang guru (kecuali jika gurunya mengajarkan ajaran yang tercela dan bertentangan dengan syariat Islam maka sang murid wajib tidak menurutinya). Kalau titah guru baii, murid tidak boleh membantahnya.
Inilah yang dilakukan Kyai Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul ‘Ulama). Beliau nyantri kepada KH Cholil Bangkalan, Bangkalan. Di pondok milik Kyai Kholil, Kyai Hasyim dididik akhlaknya. Saban hari, Kyai Hasyim disuruh gurunya angon (merawat) sapi dan kambing. Kyai Hasyim disuruh membersihkan kandang dan mencari rumput. Ilmu yang diberikan Kyai Kholil kepada muridnya itu memang bukan ilmu teoretis, melainkan ilmu pragmatis. Langsung penerapan.
Sebagai murid, Kyai Hasyim tidak pernah ngersulo (mengeluh) disuruh gurunya angon sapi dan kambing. Beliau terima titah gurunya itu sebagai khidmat (penghormatan) kepada guru. Beliau sadar bahwa ilmu dari gunya akan berhasil diperoleh apabila sang guru ridlo kepada muridnya. Inilah yang dicari Kyai Hasyim, yakni keridoan guru. Beliau tidak hanya berhadap ilmu teoretis dari Kyai Kholil tapi lebih dari itu, yang diinginkan adalah berkah dari KH Cholil Bangkalan.
Kalau anak santri sekarang dimodel seperti ini, mungkin tidak tahan dan langsung keluar dari pondok. Anak santri sekarang kan lebih mengutamakan mencari ilmu teoretis. Mencari ilmu fikih, ilmu hadits, ilmu nahwu shorof, dan sebagainya. Sementara ilmu “akhlak” terapannya malah kurang diperhatikan.
Suatu hari, seperti biasa Kyai Hasyim setelah memasukkan sapi dan kambing ke kandangnya, Kyai Hasyim langsung mandi dan sholat Ashar. Sebelum sempat mandi, Kyai Hasyim melihat gurunya, Kyai Kholil termenung sendiri. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati sang guru. Maka diberanikanlah oleh Kyai Hasyim untuk bertanya kepada Kyai Kholil.
“Ada apa gerangan wahai guru kok kelihatan sedih,” tanya Kyai Hasyim kepada KH Cholil Bangkalan.
” Bagaimana tidak sedih, wahai muridku. Cincin pemberian istriku jatuh di kamar mandi. Lalu masuk ke lubang pembuangan akhir (septictank),” jawab Kyai Kholil dengan nada sedih.
Mendengar jawaban sang guru, Kyai Hasyim segera meminta ijin untuk membantu mencarikan cincin yang jatuh itu dan diijini. Langsung saja Kyai Hasyim masuk ke kamar mandi dan membongkar septictank (kakus). Bisa dibayangkan, namanya kakus dalamnya bagaimana dan isinya apa saja. Namun Kyai Hasyim karena hormat dan sayangnya kepada guru tidak pikir panjang. Beliau langsung masuk ke septictank itu dan dikeluarkan isinya. Setelah dikuras seluruhnya, dan badan Kyai Hasyim penuh dengan kotoran, akhirnya cincin milik gurunya berhasil ditemukan.
Betapa riangnya sang guru melihat muridnya telah berhasil mencarikan cincinnya itu. Sampai terucap doa: “Aku ridho padamu wahai Hasyim, Kudoakan dengan pengabdianmu dan ketulusanmu, derajatmu ditinggikan. Engkau akan menjadi orang besar, tokoh panutan, dan semua orang cinta padamu”.
Demikianlah doa yang keluar dari KH Cholil Bangkalan. Karena yang berdoa seorang wali, ya mustajab. Tiada yang memungkiri bahwa di kemudian hari, Kyai Hasyim menjadi ulama besar. Mengapa bisa begitu? Disamping karena Kyai Hasyim adalah pribadi pilihan, beliau mendapat “berkah” dari gurunya karena gurunya ridho kepadanya.

Kehebatan Gus Dur memprediksi masa depan

Kehebatan Gus Dur memprediksi masa depan

tulisan lama

Ketajaman Gus Dur endus China
Aksi boikot guanxi terasa pasca kerusuhan Mei 1998

Ahad pekan lalu masyarakat Indonesia merayakan 40 hari wafatnya Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid.

Mantan orang No. 1 yang akrab disapa Gus Dur itu meninggalkan kita pada 30 Desember 2009. Ia kembali ke bumi pertiwi, tempat nenek moyangnya pada sekitar 1700-an menjejakkan kaki di Jombang, Jawa Timur.

Salah satu citra Gus Dur yang tak mudah lekang dari ingatan ialah tindakannya yang kerap out of the box. Lawatan ke luar negeri pertama dilakukannya bukan ke Amerika Serikat atau Eropa, tetapi justru ke Republik Rakyat China (RRC). Ini tidak biasa, sebab biasanya presiden negara berkembang melawat ke negara adidaya, membangun persekutuan.

Banyak orang mencibir tindakannya waktu itu (1999) karena dianggap nyleneh. Ketika konferensi pers pertama usai terpilih jadi presiden, Gus Dur menjelaskan latar dan alasannya mengunjungi China. "RRC negara besar dan sangat potensial dari segi ekonomi. Jadi, kita justru rugi tidak berhubungan dengan China," tegasnya.

Dalam konferensi itu pula, seorang wartawan istana sempat nyeletuk, dengan membeberkan sejarah diplomasi RI-RRC yang tidak begitu mulus sejak 1965. Gara-garanya, Peking (sekarang Beijing) diduga kuat oleh pemerintah Orba terlibat dalam G-30-S/PKI, terutama karena menyuplai senjata untuk membantu pemberontakan PKI waktu itu.

Lagi-lagi, Gus Dur menepis, keterlibatan RRC itu hanya sebatas asumsi, belum tentu benar. Berdasarkan alasan rasional sebagaimana yang dikemukakannya, Gus Dur justru balik bertanya, "Kalau kini saya membuka kembali hubungan dengan China, mengapa tidak boleh?"

Gus Dur tetap Gus Dur, sulit dibaca dan ditebak. Ia kokoh dalam pendirian dan terus ngotot pada keyakinan yang dianggap benar.

Hubungan khusus

Secara genealogis, Gus Dur mempunyai hubungan khusus dengan China. Sejarah mencatat, salah seorang keturunan raja Majapahit pernah mempersunting putri raja Campa. Dari buah perkawinan itu, lahirlah Tan Kim Ham, alias Abdul Kadir. Dari garis keturunan Abdul Kadir lahir Sunan Ampel yang melahirkan K.H. Hasyim Asyari, kakek Gus Dur. Ini dicatat dalam buku Yan Bin's Genealogy 1770-2004 (2004) yang diterbitkan Paguyuban Keluarga Keturunan Gan, di mana Gus Dur dan Yenny Wahid aktif di dalamnya.

Itulah sebabnya, Gus Dur membela mati-matian etnis China yang, ketika Orde Baru berkuasa, secara politis dipinggirkan. "Orang yang membenci etnis Cina tidak tahu sejarah. Sebab kalau mau ditelusuri, kita semua keturunan China," kata Gus Dur waktu itu.

Pernyataan Gus Dur kontan membuat orang terperangah. Maka ia pun menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional. Dan membolehkan kembali simbol serta atribut China berkibar di Nusantara.

Namun, Gus Dur mengajak bangsa Indonesia rekonsiliasi dengan China bukan semata-mata karena ia sendiri keturunan China. Lebih dari itu. Gus Dur melihat, pada masa-masa mendatang China sebagai suatu jaringan (networking/guanxi) perlu dirangkul untuk membangun kembali perekonomian Indonesia yang baru saja dilanda krisis hebat.

Dan kini, ketika area perdagangan bebas Asean-RRC dibuka, hubungan dengan China tidak bisa dinafikan. Gus Dur sudah sejak awal menyiapkan masuknya pengaruh China, bukan saja dari sisi budaya, tapi juga ekonomi dan bisnis.

Gus Dur mafhum, sebagai guanxi, kekuatan China sangat diperhitungkan di mana-mana, di seantero dunia. Studi tentang hal ini, antara lain dilakukan Gary Hamilton (1989). Ia sampai pada simpulan, guanxi memainkan peranan besar dalam kapitalisme di tiap-tiap negara-negara (waktu itu disurvei negara-negara industri baru atau NICs).

Bahkan futurolog John Naisbitt melihat guanxi adalah model kapitalisme di Asia. Dalam buku Megatrends Asia (1996) Naisbitt menyebut kecenderungan besar akan terjadi di Asia, yaitu adanya perubahan paradigma negara-bangsa (nation state) menuju networking.

Seperti juga Gary Hamilton dan Niasbitt, Gus Dur pun meyakini guanxi. Itu sebabnya, ketika orang ramai-ramai mengiritik ia banyak menghabiskan waktu untuk berkunjung ke luar negeri, Gus Dur enteng menjawab bahwa orang yang mengritiknya tak paham apa yang dikerjakannya. Atas kritikan itu, Gus Dur bergeming dan tetap pada pendiriannya: kalau mau selamat, guanxi perlu dirangkul.

Keyakinan diimbuh data dan fakta, membuat Gus Dur memprioritaskan kunjungannya ke China. Kunjungan itu, mencairkan kembali hubungan diplomatik Indonesia-RRC, setelah sekian lama beku akibat kebijakan politik luar negeri Indonesia semasa Orba. Sekaligus Gus Dur menepis opini umum yang mengatakan, selama ini Indonesia secara sistematis telah melakukan diskriminasi rasial.

Apalagi, kerusuhan Mei 1998 seakan-akan membenarkan, memang terjadi apa yang disebut sebagai gerakan etnic cleansing (peminggiran etnis) China di Indonesia.

Aksi boikot para guanxi sangat kita rasakan pascakerusuhan Mei 1998. Ratusan triliun rupiah dana segar milik para taipan, yang notabene keturunan Cina, keluar dari Indonesia saat itu. Ini membuat ekonomi kita yang terpuruk sejak 1997 jadi makin ambruk karena adanya capital outflow.

Pelarian modal keluar negeri ini, antara lain ke Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan RRC sendiri; selain sebagai akibat perasaan was-was akan situasi di Indonesia, juga sebagai aksi protes atas dugaan praktik "etnic cleansing" yang dirasakan kaum minoritas pada Tragedi Mei 1998.

Dana segar itu, kemudian menumpuk di Singapura. Dengan mudah membuat para guanxi "mengobok-obok" rupiah, sehingga nilai tukar atas US$ semakin anjlok. Kejadian itu membuat kita merasa kecil di hadapan sebuah jaringan bernama guanxi, sekaligus menjadi warning bagi kita untuk tidak memandang sepele etnis China lagi di bumi pertiwi karena mereka memiliki jaringan luar biasa.

Masih segar dalam ingatan kita, usai tragedi Mei 1998, sebagai ketua PBNU waktu itu, Gus Dur menyerukan kepada keturunan China yang berada di luar negeri untuk segera kembali ke Indonesia. Gus Dur juga menjamin keselamatan mereka. Dan kepada warga pribumi, dihimbau agar mau membaur dengan warga keturunan.

Rekonsiliasi nasional yang sejak awal dikumandangkan Gus Dur, semakin mendapatkan implementasinya begitu ia dipilih jadi presiden. Untuk memulihkan ekonomi nasional, langkah pertama yang ia lakukan adalah memanggil kembali para pemilik modal agar mau berinvestasi di Indonesia. Gus Dur yakin, suatu pemerintahan yang tidak menerapkan politik rasialis, akan membuat para guanxi merasa aman menanam modal di Indonesia.

Ini pertimbangan ekonomis kunjungan beliau ke China. Dan waktu kemudian membuktikan, Gus Dur yang dianggap nyleneh, ternyata benar. Ia seorang visioner. Butuh waktu 10 tahun agar mata awam tercelik melihat apa yang ia lakukan.

Oleh R. Masri Sareb Putra
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara

Sumber: bisnis.com | Opini | Selasa, 09/02/2010

Selasa, 22 April 2014

walisanga

Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.

Senin, 21 April 2014

Misteri Aneh dari ‘Wasiat’ Gus Dur


Misteri Aneh dari ‘Wasiat’ Gus Dur

Gus Dur yang meninggal tepat 30-desember-2009 (baca Mengapa Gus Dur Meninggal Tepat Tgl 30 ? ) merupakan sosok yang amat disegani & dikagumi oleh semua kalangan, baik muslim maupun non muslim. Dibalik itu semua, maka sosok Gus Dur merupakan tokoh yanng penuh hikmah sebagai bagian kepresidenan.
gusdur_wafatAngka 4 merupakan penjumlahan dari 2+2 yang merupakan simbol 22, Selain itu  secara jelas, angka 4 ini diperoleh sebagai bagian dari kepresidenan yakni Gus Dur adalah presiden yang ke-4, dan dilahirkan tanggal 4-agustus-1940. Dengan jelas angka 4 ini menempel pada atribut Gus Dur baik sebagai presiden maupun dari kelahiran beliau.
gus_dur_presidenTanggal 4 Agustus 1940 adalah hari kelahiran beliau, walau ada yang berbeda pendapat dalam hal ini, sebagian lain menyatakan gus dur lahir tanggal 4 bulan 8 menurut kalender islam, jadi gus dur dilahirkan tanggal 7 september 1940.Namun tanggal 4 Agustus adalah Ultah yang biasa dirayakan oleh keluarga beliau.
Perhatikan Gus Dur yang wafat tgl 30 desember 2009, maka sebuah ingatan akan berdirinya organisasi NU, mengutip wikipedia, Nahdlatul ‘Ulama (Kebangkitan ‘Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Ketika NU berusia 83 (tahun 2009), maka rentang waktu berdirinya NU tgl 31 januari 1926 dengan waktu meninggalnya Gus Dur tgl 30 desember 2009 adalah 333 hari, Sebagai hari kembar yang mudah di-ingat, 333 hari rentang waktu tgl 31 januari 2009 ke 30 desember 2009. Perhatikan 333 angka kembar ini, merupakan sebuah ingatan yang mudah akan 3+3+3=9, itulah simbol dari NU
lambang_NU
(dikutip dari blogspot.com)
ARTI DAN MAKNA LAMBANG NU
Lambang NU diciptakan oleh K.H RIDWAN ABDULLAH (Surabaya) salah seorang a’wan syuriah PBNU periode pertama pada tahun 1926, lambang itu dihasilkan dari sebuah mimpi setelah melakukan sholat istikhoroh,sehingga diyakini bukan lambang sembarangan tapi memiliki makna yg sangat dalam.
Dalam Anggaran Dasar NU, Pasal 4, disebutkan “Lambang Nahdlatul Ulama berupa gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak melingkari di atas
garis katulisitiwa, yang terbesar diantaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah katulisitiwa, dengan tulisan NAHDLATUL ULAMA dalam huruf Arab yang melintang dari sebelah kanan bola dunia ke sebelah kiri, semua terlukis dengan warna putih di atas dasar hijau.”
  1.  BOLA DUNIA bumi adalah tempat manusia berasal,menjalani hidup dan kembali sesuai dgn surat thaha ayat 55 yg berbunyi:”dari bumi (tanah) itulah KAMI menjadikan kamu dan kepadanya KAMI akan mengembalikan kamu dan dari padanya KAMI akan mengeluarkan kamu pada kali yg lain”
  2.  TAMPAR YG MELINGKAR DGN UNTAIAN BERJUMLAH 99 : 99 melambangkan nama-nama bagi ALLAH (asma’ul husna) tali melambangkan ukhuwah yg kokoh berdasarkan ayat 103 surat ali imron “dan berpeganglah kalian dgn tali (agama) ALLAH,dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat ALLAH kpdamu ktka kamu dahulu(masa jahiliyah)bermusuh musuhan,maka ALLAH melunakkan antara hatimu lalu menjadikan kamu karena nikmat ALLAH orang orang yg bersaudara“
  3.  PETA INDONESIA melambangkan bahwa nahdhotul ulama didirikan di indonesia dan berjuang untuk kejayaan negara kesatuan republik indonesia
  4.  DUA SIMPUL IKATAN DIBAGIAN BAWAH melambangkan hubungan vertikal kepada ALLAH (hablun minallah) dan hubungan horizontal dgn sesama manusia (hablun minannas).
  5.  EMPAT BINTANG MELINTAS DI ATAS BUMI melambangkan KHULAFA’UR RASYIDIN
  6.   SATU BINTANG BESAR DITENGAH melambangkan RASULULLOH SAW
  7.  EMPAT BINTANG DIBAWAH BUMI melambangkan EMPAT IMAM MADHAB (imam syafii,imam hanafi,imam maliki,imam hambali)
  8.  JUMLAH BINTANG SELURUHNYA 9 melambangkan WALI SONGO yg menyebarkan agama islam di belahan nusantara
  9.  TULISAN ARAB NAHDHOTUL ULAMA MELINTANG DI TENGAH BUMI berarati nama organisasi yg dimotori oleh para ulama yg artinya “kebangkitan para ulama”
  10.  WARNA HIJAU melambangkan kesuburan dan WARNA PUTIH  melambangkan kesucian
Misteri ‘Wasiat’ Gus Dur Dengan UUD 45 (333)

Perhatikan dengan seksama 333 hari sebelum Gus Dur wafat, NU ber diri 83 tahun, sebuah penjumlahan kembar (3+3+3) sehingga menjadi 9 yang melambangkan lambang NU.  Sebuah kejadian yang terjadi secara serentak yang merupakan amanat dari undang-undang dasar 1945 pasal 33 (pasal ber angka kembar ayat 3). Bunyi pasal 33 UUD 1945 sebagai berikut .
  1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
  2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
  3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
  4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
  5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.
Rentang Waktu 333 hari menunjukkan UUD 45 pasal 33 ayat 3 yang bermuatan “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” UUD 45 (perhatikan lambang NU, 5 (lima) bintang terletak melingkari di atasgaris katulisitiwa, yang terbesar diantaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah katulisitiwa) dan pasal 33 ayat 3 (ingat Gus Dur Meninggal dengan rentang Waktu NU berdiri 333 hari), sebuah pasal tentang kemakmuran rakyat (Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.)
Wasiat tentang rentang waktu wafatnya Gus Dur sebagai 333 hari yang merujuk pada UUD 45 pasal 33 ayat 3 menunjukkan bahwa cita-cita kemakmuran rakyat masih jauh dari harapan dan bahkan mengkuatirkan terhadap wasiat yang lain.
Misteri Wasiat Gus Dur Dengan Asmaul Husna (99)

Perhatikan dengan seksama lagi, 99 hari,  perhatikan 99 hari sebelum Gus Dur Wafat, maka maka sebuah lambang lain dari makna Wafatnya Gus Dur tgl 30 desember 2009 adalah makna 99 hari, perhatikan tgl berapakah 99 hari sebelum Gus Dur Wafat, itulah tanggal kembar yang lain yaitu tgl 22 9 2009 (22 september 2009). Tanggal kembar 22 muncul dari operasi 99 hari sebelum Gus Dur Wafat. Perhatikan lagi dengan usia berdirinya NU yang ke 83 ketika Gus Dur Wafat, adalah 8+3=11 sebagai sesuatu yang kembar juga.

MAKNA 99 YANG KHUSUS SEBAGAI ASMAUL HUSNA

Sebuah makna yang dalam dari angka 99 dari selisih Gus Dur Meninggal,  merupakan sebuah pengingatan kepada kita semua akan sebuah musibah. Didalam Islam angka 99 bermakna sekali sebagai Asmaul Husna. Dalam agama Islam, Asmaa’ul husna adalah nama-nama Allah ta’ala yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berati yang baik atau yang indah jadi Asma’ul Husna adalah nama nama milik Allah ta’ala yang baik lagi indah.
doa_hindari_bencana
“Dialah Allah, tidak ada Tuhan/Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Dia mempunyai asmaa’ul husna (nama-nama yang baik).” – (Q.S. Thaa-Haa : 8)[1] Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa’ul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu” – (Q.S Al-Israa’: 110)[1] “Allah memiliki Asmaa’ ulHusna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama yang baik itu…” – (QS. Al-A’raaf : 180)[1]
Artinya, bahwa dengan meninggalnya Gus Dur  dan tgl kembar 22 september 2009 dengan selisih 99 hari merupakan sebuah peringatan dariNya untuk kita semua agar mengingat-ingat Allah dan asmaa’ul husna .
Tepat 99 hari sebelum Gus Dur yakni tgl 22 september 2009, dua buah kejadian yang berkaitan dengan pasal 33 ayat 3 secara bersamaan secara aneh meledak dan terbakar,
  1. PERTAMINA, Tepat tgl 22-september-2009,  Selasa, 22/09/2009 06:20 WIB Diawali Ledakan, SPBU di Kalideres Terbakar
  2. PLN, Selasa, 22/09/2009 19:42 WIB Gardu PLN Meledak di Cibinong, Listrik Padam 1 Jam
Diawali Ledakan, SPBU di Kalideres Terbakar
spbu_terbakar(ilustrasi SPBU )
Jakarta – Sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina di Jl Peta Berat, Kalideres, Jakarta Barat, terbakar. Kebakaran yang kabarnya diawali ledakan ini terjadi Selasa (22/9/2009) pukul 05.20 WIB. “SPBU yang terbakar itu lokasinya dekat SMP 186,” kata Sudanto, petugas suku dinas pemadam kebakaran Jakarta Barat. Saat ini, kata Sudanto, 2 mobil pemadam sudah diluncurkan menuju lokasi kebakaran. “Sudah bisa diatasi,” ucapnya. Belum diketahui tentang penyebab terjadinya kebakaran dan adanya korban jiwa dalam peristiwa ini.
Gardu PLN Meledak di Cibinong, Listrik Padam 1 Jamlogo_PLNBogor – Warga Cibinong, Bogor, Jawa Barat dikagetkan dengan sebuah ledakan keras yang berasal dari gardu listrik milik PLN. Ledakan tersebut membuat listrik di sekitar lokasi padam selama hampir 1 jam. “Gardunya meledak, terus langsung mati listrik. Suaranya kedengaran sampai 200 meter,” kata Richard, salah seorang warga, saat dihubungi lewat telepon, Selasa (22/9/2009). Ledakan tersebut terjadi sekitar pukul 16.00 WIB. Saat kejadian, warga sempat panik dan berhamburan keluar rumah. “Setelah tahu gardu ada ledakan, mereka langsung pengen melihat,” tambahnya. Menurut Richard, kondisi gardu yang terletak di kompleks perumahan Pabuaran Asri tersebut tampak gosong. Namun, pada pukul 18.00 WIB, petugas PLN sudah datang ke lokasi untuk memperbaikinya. “Sudah nyala lagi sekarang listriknya,” tutup Richard.
Arti dari harfiah yang mudah dengan Pertamina dan PLN yang bermasalah di tgl kembar, menunjukkan bahwa wafatnya Gus Dur menunjukkan arah yang salah bagi pengelolaan sumber negara sesuai pasal 33 ayat 3, Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sekarang masih belum dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, apakah buktinya ? Lihat penjelasan dibawah lagi yang berkaca pada pak Harto.
Jadi dengan penjelasan ini, seolah berwasiat dengan bahasa alam Gus Dur Meninggal dunia tepat tgl 30 12 2009 adalah 333 hari sebelum hari jadi NU yang ke 83, maka pasal 33 ayat 3 ini adalah pasal yang MATI,  kebijakan belum mengarah pada kemakmuran rakyat, ekonomi masih dikuasai asing, dan suatu masa akan terjadi yang dikuatirkan  ketika antitesis dari “dan berpeganglah kalian dgn tali (agama) ALLAH,dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat ALLAH kpdamu ktka kamu dahulu(masa jahiliyah)bermusuh musuhan,maka ALLAH melunakkan antara hatimu lalu menjadikan kamu karena nikmat ALLAH orang orang yg bersaudara” ( fenomena bayi berkepala dua, ibarat satu tubuh tetapi maunya banyak, baca [Misteri Kematian Soeharto] Mengapa Tepat pkl 01.10 PM ? yang menyatakan:
Esensi masyarakat madaniyah adalah sesama muslim saling bersaudara, jika satu saudara sakit maka yang lain ikut merasakan, ibarat persaudaran muslim adalah satu tubuh, namun jika satu tubuh dua kepala, maka maunya banyak dan pada akhirnya kehancurannya yang terjadi, jika kepala adalah O dan tubuh adalah |, maka tersusunlah manusia berkepala dua O|O (baca Fenomena Bayi Berkepala Dua)
Misteri ‘Wasiat’ Gus Dur Dengan Tsunami Aceh 26 desember 2004

Mengapa tidak boleh dilupakan sebagai bagian pembelajaran sebagai Wafatnya Gus Dur?
Kembali angka 4 menjawab dengan sangat serius, yakni tanggal meninggalnya Gus Dur 30-desember-2009, jika 30 dikurangi 4 (30-4), maka ketemulah bencana super hebat lainnya yakni 26-desember-2004 (atau lima tahun dari 2009, baca Tanda Tanda Sebelum Tsunami Aceh). Perhatikan kode 4 hari, 5 tahun dari kejadian tsunami Aceh, bukankah “Lambang Nahdlatul Ulama berupa gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang, 5 (lima) bintang terletak melingkari di atasgaris katulisitiwa, yang terbesar diantaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah katulisitiwa,
tsunami_aceh_26_12_2006(Tsunami Aceh 26 Desember 2004, 
terjadi 4 hari 5 tahun 
sebelum Gus Dur Wafat)
Lambang NU dengan gambar bola dunia yang dilingkari tali tersimpul, dikitari oleh 9 (sembilan) bintang (3+3+3 sebagai 333 rentang waktu Gus Dur Wafat dengan berdirinya NU), 5 (lima) bintang terletak melingkari di atasgaris katulisitiwa, yang terbesar diantaranya terletak di tengah atas, sedang 4 (empat) bintang lainnya terletak melingkar di bawah katulisitiwa (Gus Dur wafat 4 hari 5 tahun sebelumnya terjadi tsunami Aceh).
Wasiat dari bahasa alam ini adalah merujuk pada TsunamiAceh 26 desember 2004 yang lalu, bahwa masyarakat aceh adalah masyarakat yang religius (dijuluki serambi makah), namun mendapatkan bencana dahsyat, mengapa ? baca Tanda Tanda Sebelum Tsunami Aceh dimana saat itu Gubernur Aceh Korupsi Helikopter, antar sesama muslim saling angkat senjata, GAM dan ABRI/TNI. Kejadian ini menunjukkan dalam skala besar bahwa bangsa indonesia yang mayoritas religius, dapat terkena musibah besar manakala para pemimpinnya bermasalah dan rakyatnya saling berselisih. Perhatikan  TAMPAR YG MELINGKAR DGN UNTAIAN BERJUMLAH 99 : 99 melambangkan nama-nama bagi ALLAH (asma’ul husna) tali melambangkan ukhuwah yg kokoh berdasarkan ayat 103 surat ali imron “dan berpeganglah kalian dgn tali (agama) ALLAH,dan janganlah kamu bercerai berai dan ingatlah akan nikmat ALLAH kpdamu ktka kamu dahulu(masa jahiliyah)bermusuh musuhan,maka ALLAH melunakkan antara hatimu lalu menjadikan kamu karena nikmat ALLAH orang orang yg bersaudara“
Misteri ‘Wasiat’ Gus Dur Dengan Gempa YogyaKarta 27 Mei 2006

GusDur_wafat_dan_Gempa_Yogya
Sebuah kode kembar terbentuk 1313 sebagai sebuah ingatan, bahwa tahun 2009 yang lalu Partai yang didirikan oleh GusDur yaitu PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) bernomor 13. Arti 13 yang dobel menunjukkan bahwa terdapat dua ‘pimpinan’ yang ingin memuncaki partai ini yaitu Yenny Wahid  dan Muhaimin , Lily Wahid Lepas Tangan Soal Konflik Yenny dan Muhaimin
Kamis, 30 Desember 2010, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Wakil Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lily Chadidjah Wahid lepas tangan soal konflik kepengurusan PKB antara Muhaimin Iskandar dan Yenny Wahid. Sampai saat ini, dia juga pesimis akan adanya islah. “Dengan saya tidak berhubungan (Yenny). Dengan Cak Imin sendiri saya tidak berhubungan. Keduanya tidak membawa garis politiknya Gus Dur,” ujar Lily di sela-sela acara mengenang satu tahun wafatnya Gus Dur di gedung Mahkamah Konstitusi, Rabu (29/12).  Dia justru menganggap garis politik kedua orang tersebut sudah masuk dalam kategori politik transaksional.  Kemudian ketika ditanya wartawan tentang rencana pembentukan PKB baru oleh Yenny Wahid, Lily memilih tidak ambil pusing. “Itu urusan Yenny,” katanya.
Terkait konflik kaum muda di tubuh PKB itu, dia melihat akan sulit tercapai islah antara Yenny dan Muhaimin. Sebab keduanya sama-sama memiliki ego yang sama-sama kuat. Sehingga tidak ada orang ketiga yang bisa mendamaikan mereka. “Nggak ada. Mereka merasa dirinya sudah diatas semua orang, jadinya susah,” ujar Lily.  Masing-masing sudah kompak dengan orang-orang yang memiliki kepentingan. Padahal jika nantinya karena konflik ini PKB menjadi hancur, orang lain yang justru mengambil keuntungannya. Massa PKB yang banyak bisa ditarik kesana kemari oleh orang-orang tersebut. “Sebagai orang tua, saya menyayangkan mereka,” kata Lily.
Simbol 1313 itu menunjukkan kehancuran jika pimpinannya tidak kompak dan akur, ini adalah miniatur yang ditampakkan dan berlaku secara umum (nasional). Hingga kini ibarat itu diberikan lewat Munculnya Manusia Berkepala Dua. Perhatikan ketika 13 dan 13 itu digabung sebagai iktibar kematian, sebuah 13+13 adalah 26 yang ditunjukkan lewat bahasa alam 26 yaitu
  1. Tsunami Aceh yang Maha Dahsyat terjadi tgl 26 desember 2004 (baca Kejadian Aneh – Aneh Jelang Bencana Tsunami Aceh)
  2. Gunung Merapi Meletus Sejadi-jadinya sehingga menewaskan Mbah Marijan terjadi tgl 26 okotber 2010 (baca Kejadian Aneh-Aneh Sebelum Mbah Marijan Meninggal)
  3. Ustad Jefri Al buchori  Wafat terjadi tgl 26 April 2013 (baca Misteri Aneh Sebelum Ustad Jefri Al Buchori Wafat)
TIGA ‘WASIAT’ GUS DUR BAGI NEGERI INI

Secara ringkas terdapat 3 ‘wasiat’ Gus Dur terhadap manusia yang masih hidup
  1. Cita-cita kemakmuran rakyat masih jauh dari harapan, harus menerapkan pasal 33 ayat 3 secara sunguh sungguh  agar cita cita kemakmuran itu dapat tercapai sebagai makna 333 hari dari NU berdiri yang ke 83
  2. Sesama muslim saling bersaudara, jika satu saudara sakit maka yang lain ikut merasakan, ibarat persaudaran muslim adalah satu tubuh, namun jika satu tubuh dua kepala, maka maunya banyak dan pada akhirnya kehancurannya yang terjadi sebagai makna 99 asmaul husna untuk mempererat  ukhuwah persaudaraan
  3. Bangsa indonesia yang mayoritas religius, dapat terkena musibah besar manakala para pemimpinnya bermasalah dan rakyatnya saling berselisi sebagai makna 4 hari 5 tahun sebelum Gus Dur Wafat terjadi tsunami Aceh